Perjalanan Pop Progresif Indonesia

/
0 Comments

Oleh : MH Alfie Syahrine
Memang susah bila kita mencari suatu permulaan darimana dan kapan permulaan itu terjadi seperti halnya musik Indo pop progressive tapi saya lebih cenderung mengatakan bahwa awal suatu eksperimen Indo pop progressive berasal dari buah tangan Idris Sardi yang mengiringi lilis Suryani dalam sebuah album sunda yang yang berjudul ”Antosan” (Bali Record 1964) dimana Idris Sardi benar benar all out dalam menggarap aransemen lagu lagu Lilis itu dengan menggabungkan elemen elemen musik klasik dan pop dengan full orkestra hingga hasilnya sangat mengagumkan…ada beberapa lagu sunda yang dinyanyikan Lilis Suryani yang arransemen-nya membuat saya tidak pernah bosan mendengarkannya … very classical oriented ! namun setelah itu dunia musik berkualitas nasionalpun redup kembali dengan bermunculannya penyanyi penyanyi pop keluaran Irama Record milik Mas Yos boss-nya El Shinta dulu seperti ; Djon Karjono , Gusti Imanuddin, Liliana, Rita & Nita dll.

Waktupun berjalan hingga pada awal tahun tujuhpuluhan bermunculanlah group band-group band bak jamur dimusim hujan tapi dari sekian banyak group band yang muncul dan melegenda hanya terdapat beberapa saja seperti : Rhapsodia, The Rollies, Giant Step, Harry Rusli, Rasela, The Rhythm Kings ,AKA, SAS, Godbless, Superkid , Shark Move dan Favourite’s Group dan pada dua band inilah muncul lagu lagu yang aransemennya sangat berkualitas dan pantas di sebut sebagai Indo Pop Progressive kita lihat saja Favourite’s Group didalam lagu-lagu “Mawar Berduri”dan “Teratai Putih” elemen elemen klasiknya sangat kental sekali tetapi A Riyanto sebagai pengarang lagu dan aranjer sangat menguasai sekali didalam meramu keduannya hingga lagu yang sesungguhnya “berat” menjadi enak didengar begitu juga bila kita menyimak lagu “Sakit Dikenang Dibuang Sayang” yang dilantunkan oleh Arie vokalis andalan Favourite’s Group (hingga Vol 3) lagu dan arransemen-nya sangat pas dan saya tidak berlebihan kalau penulis mengatakan bahwa lagu ini sangat berbau klasik sekali aransemen-nya( sudah berkali-kali saya mau meminjam PH-nya pada rekans KPMI untuk saya convert ke CD tapi tidak terlaksana terus). Sedangkan Shark Move begitu berhasil membawakan lagu “Bingung” dan “Madat” (sedangkan prog rock-nya sudah banyak dibahas oleh Mas Toro)

Pada tahun 1974 Maulani (entah dimana beliau sekarang) menyanyikan sebuah karya A Riyanto dengan iringan band 4 Nada yang untuk penggarapan lagu ini 4 Nada full orkestra judulnya “Biarkan Bunga Berkembang” (yang kemudian dinyanyikan lagi oleh A Riyanto tapi sudah kehilangan nuansa spiritual touch nya) yang mana bagi saya lagu ini luar biasa sekali baik lirik maupun arransemennya oleh karenanya hingga kini album Maulani yang pertama ini masih tetap menjadi target hunting saya.

Namun lagi lagi pada kurun waktu setelah pertengahan tahun tujupuluhan dunia musik pop berkualitas redup kembali karena lagu lagu pop era model Eddie Silitonga, Kembar Group, Madesya Group, UsBross dll yang lagu lagunya mendayu dayu bermunculan sedangkan musik panggung dan rock sudah nyaris punah tergilas oleh musik New Wave dan Disco dan pada masa masa kritis seperti itu muncullah Barong Band yang merekrut anak anak Pegangsaan seperti Debby Nasution dan Gaury maka jadilah dua album Barong Band yang melawan arus saat itu; namun mereka tidak bisa dibilang sukses walaupun ada beberapa lagu yang sempat dikenal seperti “Halleluya” dan “Superstar Tenggo” yang menyindir bahwa di Indonesia ini begitu mudahnya masyarakat atau jurnalis memberi predikat superstar... hingga pelawak Ratmi B 29-pun dijuluki superstar. Tidak lama kemudian Harry Rusli dengan proyek ajaibnya yang menggabungkan musik tradisionil Sunda dengan rock maka jadilah album “Titik Api” yang banyak orang mengatakan sebagai sebuah mahakarya original yang luar biasa dimana Harry mentradisionilkan rock dengan suksesnya. Bandung yang pada tahun tujuhpuluhan disebut sebut sebagai kota sarang-nya musisi sangat produktif salah satunya adalah Giant Step yang di motori Benny Soebardja melemparkan album “Kukuh Nan Teguh” yang menurut pak Riza Sihbudi permainan Triawan pada keyboard sebagai luar biasa pada masa itu, inilah album murni GS yang seluruhnya berbahasa Indonesia karena sebelumnya band ini baik di panggung maupun pada rekaman selalu membawakan lagu lagu Inggris hasil ciptaan mereka

Seiring dengan suksesnya Titik Api anak anak Jakartapun tidak mau ketinggalan , di pehujung tahun 1975 Guruh Soekarnoputra dan anak anak Gipsy serta Abadi Susman dan beberapa musisi Bali biboyong ke studio Tri Angkasa untuk membuat suatu proyek raksasa memadukan gamelan Bali dengan musik rock ,Guruh mengajak Kompiang Raka ( yang kemudian menjadi Wakil Direktur Gedung Kesenian Jakarta), untuk memuluskan eksperimennya.
Berbeda dengan harry Rusli yang mentradisionilkan musik rock ,Guruh sebaliknya dia merock-kan musik tradisionil seperti Ebehard Schoener musisi dari Jerman sebelumnya dengan proyek Bali Agung. Album Guruh Gipsy ini memang sangat megah terutama pada lagu Indonesia Maharddeka walaupun masih terasa bau Genesis, Deep Purple dan Triumvirat didalamnya.


Pada tahun 1977 anak anak Godbless dan Young Gipsy bergabung membuat suatu gebrakan yang membuka cakrawala baru dunia permusikan Indonesia , mereka adalah Yockie Suryoprayogo,Keenan Nasution, Donny Fattah dan Odink Nasution membuat musik baru yang kemudian kita kenal sebagai Pop Progressive didalam album LCLR Prambors Rasisonia dimana mereka membuat suatu revolusi baru dalam dunia permusikan di Indonesia yaitu musik berkualitas gabungan antara pop, klasik dan rock dimana untuk pertama kalinya Yockie menebar suara suara orkestra dari melotron yang masih asing buat pendengar musk pop yang saat itu hanya dikonsumsi oleh anak anak muda kalangan Kebayoran dan Menteng saja yang kemudian merambah ke Rawamangun dan Tebet serta berkelanjutan menjadi suatu penomena di kalangan remaja Indonesia. Lagu Lilin Lilin Kecil merupakan suatu terobosan baru didalam kasanah musik pop Indonesia dimana lagu, penyanyi arransemen dan musisi pengiringnya sangat cocok saling menopang satu sama lain hingga album LCLR itu meledak luar biasa ! , Begitu juga dengan album Chrisye ‘Badai Pasti Berlalu’ samalah fenomenalnya seperti ketika Genesis mengeluarkan album “Foxtrot “ mendapat tanggapan dan pujian yang sangat luar biasa sekali dan itu melambungkan nama Chrisye dan Yockie Suryoprayogo sebagai penanyi dan aranjer yang patut diperhitungkan (namun ironisnya para musisi yang mendukung dan mensukseskan album ini nyaris tidak dikenal oleh masyarakat seperti para musisi yang mengiringi LCLR I&II ! ).

Dan pada tahun 1978 tidak disangka sangka anak-anak SMA Perguruan Cikini yang tergabung dalam kelompok Rara Ragadi melemparkan suatu album yang berjudul “Rara Ragadi” , walaupun mereka masih muda-muda akan tetapi talenta bermusiknya luar biasa!. Banyak lagu lagu didalam album itu yang sangat progressive apalagi pada lagu Rara Ragadi yang menceritakan dendam kesumat seorang jagoan wanita yang patah hati karena ditinggal kekasihnya, lagu ini luar biasa sekali dari segi arransemen musiknya. Iwan Arsyad almarhum sangat cekatan sekali didalam menyanyikan lagu ini sedangkan Riza Arsyad yang bermain pada keyboard sangat mengagumkan sekali permainannya walaupun saat itu usianya belum mencapai tujuhbelas tahun begitu juga gebrakan drum Cendy Luntungan yang mantap dan rapi sekali disamping kehebatan Raidy Noor didalam memainkan gitarnya. Sayang group yang sangat berbakat ini bubar manakala Iwan Arsyad sang vokalis wafat. Kini Riza tidak pernah aktif dimusik progressive lagi dia mengkhususkan diri pada musik jazz Raidy Noor masih tetap istiqomah dengan prog rock-nya di Cockpit sejak awal delapan puluhan menggantikan Harry Minggus sedangkan Cendy Luntungan lebih banyak sebagai travelling drummer dari satu band ke band lainnya.

Namun tidak lama kemudian dunia permusikan dikejutkan kembali dengan kemunculan Keenan Nasution yang melempar album perdananya ” Dibatas Angan Angan” suatu proyek album solo yang megah dengan seabreg musisi berkualitas yang terlibat didalamnya. ”Dibatas Angan Angan” ini memang sangat megah terutama pada lagu Dibatas Angan Angan, Negeriku Cintaku, Buku Harian dan Cakrawala Senja sedangngkan lagu Negeriku Cintaku seperti telah menjadi lagu kebangsaan-nya Keenan disetiap pagelaran musiknya walapun ada ”Close To The Edge ”nya Yes menyelinap disana, tapi walaupun demikian Keenan masih tetap bisa bertahan dalam warna musik Indo Prog hingga album ”Tak Semudah Kata Kata”

Setelah Dibatas Angan Angan ini ,Abhamma band-nya anak-anak IKJ yang sebagai band pendamping konser Dibatas Angan Angannya Keenan di TIM tahun 1979 melemparkan album ”Alam Raya” dengan lagu lagu yang liriknya ditulis oleh Tubagus benny seperti ;Malam, Alam Raya, Asmara dll yang semuanya sangat apik sekali . Abhama meramu musik rock dengan lagu lagu klasik karya Debussy , Johan Sebastian Bach dll dengan apik dan cermat sekali, hingga album ini disebut sebut oleh pengamat musik barat sebagai the perfect Italian progressive style album dengan vokalis-nya yang berbakat, Iwan Madjid.

Disusul pada awal tahun 1980-an oleh Harry Sabar yang setelah sukses dengan lagu ciptaannya ”Sesaat” melempar album ”Lazuardy” sambil menggandeng anak anak Pegangsaan seperti Odink, Debby dan Keenan Nasution serta pianis classic Marusya Nainggolan. Album ini sangat classic oriented yang dibaurkan dengan Geneis style terutama permainan gitar Odink dan keyboardnya Debby.

Yockie Suryoprayogo yang berkolaborasi dengan Idris Sardi mengeluarkan album ”Musik Saya Adalah Saya” yang sebenarnya sangat bagus sekali akan tetapi karena jamannya sudah berubah maka album ini secara komersial tidak menghasilkan keuntungan lain dengan Fariz RM yang bukan saja menangguk keuntungan finansial tetapi juga popularitas setelah dia merilis album berbau disco ”Sakura” dan ”Selangkah Keseberang” .

Nampaknya Yockie sebagai pamungkas atau penutup era keemasan-nya Indo Progressive di tanah air karena dibelahan dunia sana trend musik-pun telah berubah, wabah ” newwave” sudah tidak dapat dibendung lagi seperti uraian kekecewan Jurgent Fritz keyboardist Triumvirat tentang tidak kondusifnya lagi dunia musik saat itu terhadap musik progressive yang tergilas oleh musik musik ” Punk” dan di Indonesia-pun demikian pula era ”Semangka Berdaun Sirih”, ”Gelas Gelas Kaca” atau ”Sepatu Kulit Rusa”dll telah mewabah dunia permusikan Indonesia yang sayangnya Keenan-pun ikut juga terbawa arus disana dan membuat penggemarnya terhenyak ..bengong. dengan handmoog Keenan menyanyikan satu lagu karangan Melky Guslow ”Lain Dulu Lain Sekarang” disebuah acara Aneka Ria Safari dan lagunya tidak jauh dari model...”Semangka Berdaun Sirih”.... memang pada era 1980-an itu tidak ada satupun album Indo Progressive yang terekam didalam catatan sejarah musik nasional kecuali Godbless merilis ”Cermin” yang dahsyat itu walaupun Abadi Susman hilaf menyelipkan Tarkus-nya ELP kedalam lagu ”Anak Adam” .

Ada juga tampil (reinkarnasi-nya dari Abhamma) WOW yang dimotori oleh Iwan Madjid memeriahkan blantika musik Indo Pop Progressive diawal tahun delapanpuluhan tapi sayangnya album pertama yang sebenarnya dahsyat itu agak melenceng juga dengan ”copy paste” Firth of The Fifth-nya Genesis dilagu ”Armagedon” sehingga apresiasi para penggemar musik Indo Prog jadi tertahan, mereka berhasil melempar tiga buah album sebelum bubar, ditambah sound track film Lupus.

Pada tahun 1988 Iwan Madjid melemparkan album solonya yang berbau prog juga dengan mendaur ulang salah satu lagunya di Abhamma yaitu ”Asmara” dibantu oleh Fariz RM dan Eet Syahrani.Iwan sebenarnya sangat berbakat tetapi dia tidak sepenuh hati menerjunkan dirinya kedunia musik hingga namanya-pun pada akhirnya hilang didalam blantika musik papan atas.

Hingga di awal tahun 1990-an anak-anak Pegangsaan kembali menggebrak dunia permusikan tanah air dengan mengeluarkan 3 album yang berwarna musik Progressive seperti pada lagu Manusia kera dan Palestina II yang mana musiknya benar-benar bernuasa Genesis . Hingga pada menjelang akhir 1990’an Godbless sebagai senior band muncul kembali dengan merilis album ”Semut Hitam” dengan warna musik progrssive yang ngerock sekali dan dahsyat seperti pendapat pak Riza Sihbudi terutama kedahsyatan permainan Yockie, Ian dan Teddy dihampir semua lagu lagu terutama lagu ”Trauma”

Di era reformasi ini nampaknya angin segar mulai berhembus kembali di dunia Indo Pop progressive... seiring bangkitnya kembali musik progressive di seluruh dunia.

Pada tahun 2002 group Dewa di album ”Dewa Bintang Lima” dalam lagu ”Risalah Hati”, lagu yang menduduki tangga teratas selama lebih dari tiga bulan itu sangat ngeprog sekali dan berbau Genesis terutama Andra gitarisnya jelas sekali permainannya kearah progressive oriented ala Steve Hackett. Pada era tahun 2000-an ini juga dalam lagu “Janji kita” Kelompok anak anak muda berbakat; Keris Patih, permainan gitarnya juga kental dengan warna Steve Hackett dan dimainkannya dengan apik sekali.

Dengan reuninya kembali group prog pogressive rock papan atas seperti ; Asia, Genesis, Yes dan Triumvirat dimana band-band inilah yang telah memberikan ilham pada para pemusik Indo pop progressive maupun progressive rock Indonesia di era 1970-an dulu, akan dapat kembali menggairahkan musik Indo Pop Progressive di Nusantara, semoga. (Sumber: prog-rock@groups.yahoo.com)


You may also like

No comments: